BERITASEINDONESIA.ID – BEKASI – Seminar Pendidikan bertajuk “Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di Era Revolusi Industri 4.0” digelar Yayasan Al-Fidaa Tambun Selatan Kab.Bekasi pada hari jumat tanggal 03 februari 2023.
Peningkatan mutu pendidikan tidak berpatokan pada bagaimana kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dilaksanakan di lapangan semata. Pelaku pendidikan seperti guru juga berperan besar sebagai penentu kualitas pendidikan yang bagus.
Profil guru profesional semestinya dimiliki setiap pengajar di negara ini. Namun, tentu saja itu perlu upaya besar untuk mewujudkannya.
Menurut Prof.Dr.M.Sholihin,M.Ag “Guru bukan sekadar pengajar saja melainkan juga menjadi pihak yang mampu menghubungkan sekolah dengan pihak luar,” pada seminar Pendidikan Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di era Revolusi Industri 4.0 yang diadakan di Yayasan Al-Fidaa Tambun Selatan Kab.Bekasi pada Hari Jum’at (03/01/2023).
Kecakapan guru dalam mengajar setidaknya berpegang pada keterampilan 4C yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas). Berbicara tentang kreativitas, tanpa ada hasil akhir, usaha keras akan sia-sia.
“Kreativitas ini berkenaan dengan siapa melakukan apa dan hasilnya apa. Tanpa hasil, kreativitas tidak ada makna,” jelas Prof.Dr.Sholihin.
Hasil akhir merupakan parameter kreativitas. Otak manusia dapat distimulasi untuk melakukan berbagai macam aktivitas yang mendorong diri kita menjadi orang berkemampuan maksimal.
Sepatutnya manusia belajar dari pengalaman orang lain untuk membuat suatu ide baru dengan memperbaiki kesalahan di masa lalu. Belajar pengalaman dari orang lain membuat seseorang lebih mawas diri, membuat suatu terobosan baru, dan menjadi orang hebat. Jika tidak belajar dari hal itu, usaha akan menjadi tidak bermakna. Menurut Bapak Nurdin Rivaldi,S.Ag,M.Psi Selaku Ketua Yayasan Al-Fidaa Tambun Selatan Kab.Bekasi.
Di sisi lain, rasa percaya diri juga sangat penting dimiliki seorang guru. Mereka yang tidak percaya diri, maka tidak akan ada keberhasilan.
“Bahkan, dari 4C itu bisa ditambahkan satu C lagi yaitu Courage atau keberanian. Mereka yang berani dan percaya diri, pasti bakal menjadi orang berhasil,”. Reorientasi Profesionalisme Pendidik dalam Menyikapi Tantangan Revolusi Industri 4.0 merupakan kemampuan dan kecerdasan yang harus dimiliki oleh Setiap Guru.
Guru yang mempunyai kemampuan menulis, maka belajarlah menulis yang baik. Tuangkan semua ide yang ada di kepala ke dalam bentuk kalimat sehingga orang lain dapat belajar hal baru dari sana.
Empat kompetensi guru bukan hal mudah memang untuk menata diri sehingga menjadi guru profesional yang memenuhi kualifikasi akademik dan mempunyai sertifikat sebagai pendidik. Guru semestinya memenuhi empat standar kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Terutama di masa revolusi industri 4.0 yaitu tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber.
Siswa yang termasuk dalam kaum milineal yang hidup di ekosistem digital sudah terbiasa dengan teknologi informasi dan komunikasi. Budaya digital sudah menjadi bagian utama kehidupan mereka.
Semua sumber informasi terbuka dan mudah diakses. Siswa terbiasa mencari informasi di internet, serta bekerja tim menjadi model belajar utama mereka.
Maka, guru pun dituntut menjadi kreatif dengan penggunaan internet di kelas. Classroom learning yang dulu biasa dilakukan seorang guru sekarang diubah blended learning yang menggabungkan pengajaran langsung (face-to-face) dan e-learning.
Pada konsep e-learning, siswa dapat belajar sendiri memakai laptop, komputer, atau ponselnya. Namun, tentu saja penggunaan ponsel di luar kelas perlu terus dipantau.
“Ponsel memang perlu, kemajuan teknologi perlu diterapkan, tetapi tetap harus dikontrol,”
Di samping itu, cara penyampaian guru ketika di kelas juga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Siswa tidak akan mencerna materi pelajaran dengan baik jika diajar guru yang kurang menyenangkan.
Gaya bicara ramah dan mampu berdialog dengan nuansa humor saja kurang cukup untuk menjadi pengajar yang baik. Gesture atau gerak tubuh juga penting. Guru tidak boleh merengut wajahnya, tampil ramah dan mudah diajak berkomunikasi akan membuat siswa menjadi senang. Kelas yang sehat kelak menghasilkan siswa yang sehat dan berbakat pula.