Oleh Imam Syafei, S.Pd, M.Pd Sebagai Guru Ngaji MDT Adam Hawa Cibiru Wetan Cileunyi Kabupaten Bandung
BERITASEINDONESIA.ID – Artikel : Alhamdulillah, kita patut bersyukur bisa dipertemukan kembali dengan Hari Raya Idul Fitri. Idul Fitri merupakan kembali sucinya jiwa umat Islam setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Fitrah bermakna asal kejadian manusia yang sejak dilahirkan dibekali dengan berbagai potensi dasar seperti ruh, akal, penglihatan, pendengaran, insting, hati, nafsu, serta agama. Semua potensi tersebut menjadi bekal berharga bagi manusia untuk menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Momentum Idul Fitri kali ini dapat dijadikan sebagai penyadaran kembali dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Sejatinya, esensi Idul Fitri adalah mudik rohani dari segala bentuk nafsu buruk menuju penyucian jiwa. Dengan penyucian jiwa itulah dapat terjalin persaudaraan yang lebih kokok melalui silaturrahmi antarumat.
Penanaman Karakter
Menurut Marzuki (2012), Idul Fitri harusnya menampilkan sosok-sosok manusia agamis yang penuh dengan nilai-nilai karakter mulia, kendatipun yang sering terlihat justeru sebaliknya. Idul Fitri sering dijadikan ajang untuk pamer kemewahan dan kesuksesan dalah meraih prestasi-prestasi duniawi yang jauh dari nilai-nilai karakter mulia yang mengharuskan kesederhanaan dan kesantunan yang dipadu dengan peningkatan kualitas iman dan takwa
Idul Fitri mengajarkan seorang muslim untuk menjadi manusia yang berkarakter baik. Di hari Idul Fitri kita saling bermaaf-maafan antarsesama. Kebiasaan seperti ini akan menciptakan kehidupan yang damai, aman, dan tenteram. Kondisi ini penting sebagai proses pendidikan bagi umat Islam agar menjadi insan yang pemaaf dana membuang jauh-jauh permusuhan yang dapat merusak persaudaraan dan persatuan umat.
Bagi pejabat publik, Idul Fitri mendidik mereka agar lebih sadar bahwa memperkaya diri dengan jalan korupsi akan mengurangi kepercayaan publik. Kehilangan kepercayaan merupakan musibah besar bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, para pemimpin di negeri ini harus mampu menangkap pesan pendidikan karakter dalam Idul Fitri.
Setiawan (2017) menyatakan, penanaman karakter itu selaras dengan etos puasa dan spirit Idul Fitri yang kini sedang dijalani oleh masyarakat Indonesia. Etos puasa mengajarkan arti penting jujur dalam bingkai nalar kritis. Idul Fitri pun mengingatkan manusia Indonesia bahwa persaudaraan perlu dijalin dengan niat ikhlas, jujur, terbuka, dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan.
Akhirnya, mohon maaf lahir-bathin, semoga puasa kita diterima. Dan, semoga hari raya Idul Fitri menjadikan kita sebagai insan pemaaf dan penyayang. Karakter ini merupakan modal penting bagi terciptanya negeri yang aman, damai, dan ridhai Allah Swt.
Selamat Idul Fitri Tahun 1444 H. Minal ‘aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin.