beritaseindonesia.id – Awalnya, saya mengenal sosok Jamil Zeb Tumori lewat media sosial. Jamil bisa dibilang sangat aktif di media sosial. Hampir setiap hari ia membagikan aktivitasnya di akun Facebook dan Instagram, baik yang berkaitan dengan keluarga, kegiatan partai maupun kegiatan sosial lainnya.
Sekilas tak ada yang istimewa dengan apa yang Jamil bagikan di media sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, saya coba mencari tahu tentang perjalanan karir Jamil. Di akun media sosialnya, saya menemukan berbagai foto dan video yang menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat lemah.
Jamil adalah Ketua DPRD Kota Sibolga yang sudah terpilih jadi wakil rakyat selama empat periode. Sebagai wakil rakyat, ia selalu siap membantu masyarakat yang membutuhkannya. Bahkan, di tengah maam pun ia rela menjemput warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Jamil juga sangat peduli terhadap dunia pendidikan dan rumah ibadah. Kepeduliannya terhadap pendidikan ia wujudkan dengan mendirikan lembaga pendidikan gratis untuk masayarakat. Ia juga tak segan membantu anak-anak putus sekolah agar bisa kembali belajar.
Dengan alasan itulah, saya tertarik untuk menulis biografi Jamil Zeb Tumori. Saya mulai menelusuri kisah hidup Jamil. Di sini, saya mengetahui bahwa Jamil adalah sosok pekerja keras dan mandiri. Sejak di bangku SD hingga SMA, ia membantu orang tuanya berjualan kue keliling.
Selepas lulus SMA ia tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Meskipun demikian, cita-cita untuk kuliah tetap menyala dalam dirinya. Tapi, ia baru bisa mewujudkannya setelah beberapa tahun kemudian, bahkan kini ia sudah menyandang dua gelar master—Magister Administrasi Publik (M.AP) dan Magister Ilmu Komunikasi (M.IKom).
Keberhasilan yang diraih Jamil merupakan buah dari perjuangan dan kesabarannya. Pencapaiannya saat ini, tentu saja tidak datang dalam semalam, melainkan hasil dari kerja keras, doa dan dukungan keluarga, terutama istri tercinta—Lisma Dewi.
Saya berharap, buku kisah perjuangan Jamil ini menjadi pelajaran berharga bagi para pembaca, tak terkecuali bagi penulis. Sengaja buku ini ditulis sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan Jamil kepada masyarakat luas—khususnya masyarakat Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Akhir kata, saya berharap semoga perjalanan hidup Jamil yang sarat akan makna ini mampu menginspirasi pembaca—terutama generasi muda.