Oleh : Imam Syafei, S.Pd, M.Pd (Alumni Golkar Institute YPL 8 / Pengelola Yayasan imamsyafei.com)
beritaseindonesia.id – ARTIKEL – Sebagaimana ketahui bersama bahwa Nahdlatul Ulama (NU) memiliki kontribusi besar bagi perjalanan bangsa Indonesia. NU sejak kelahirannya merupakan wadah perjuangan untuk menentang segala bentuk penjajahan dan merebut kemerdekaan negara Republik Indonesia dari tangan penjajah. Selain itu, NU juga melakukan kerja-kerja dakwah di tengah-tengah masyarakat.
Perjuangan yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dengan segala upayanya menggerakkan para ulama, santri dan umatnya untuk bangkit melawan penjajah tidak dapat pungkiri. Hasilnya, bangsa ini bisa merdeka dari cengkraman penjajah yang ingin mengusasi negeri ini. Pasca kemerdekaan, NU terus menunjukkan eksistensinya dengan cara berjuang mengisi kemerdekaan di segala sektor kehidupan.
Ali Rahim (2013) menyatakan, bidang usaha perjuangan NU meliputi kegiatan pendidikan, dakwah dan sosial. Tiga bidang tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebab dengan menggiatkan pendidikan maka berarti telah berdakwah dan mengabdikan diri kepada masyarakat. Demikian pula melalui dakwah berarti mengembangkan pendidikan dan mengabdi pada kegiatan sosial. Keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa tiga bidang tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung.
Bidang pendidikan memang patut diperjuangkan. Sebab, pendidikan merupakan sektor yang sangat penting bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar menghadapi segala problematika yang ada di alam semesta ini, dapat membetuk kepribadiannya, dapat menentukan prestasi dan memaknai kehidupan ini. Dengan kata lain, pendidikanlah adalah satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan manusia mencapai peradaban dan kebudayaan gemilang.
Momentum Satu Abad NU
Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Nahdatul Ulama(NU) telah berperan serta dalam bidang pendidikan. Bahkan sejak kelahirannya pada tahun 1926 organisasi tersebut sangat memperhatikan pendidikan terutama keberadaan Pondok Pesantren.
Organisasi NU merupakan mitra sejajar pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan nasional yang mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk berperan serta dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Peran ini semakin menemukan momentumnya di tengah dunia pendidikan kita masih menghadapi persoalan, mulai ketimpangan pendidikan, krisis moral pelajar, kesejahteraan guru, minimnya sarana pendidikan di derah pelosok hingga masalah anak putus sekolah.
Misalnya, berkaitan dengan masalah anak putus sekolah yang menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), pada tahun ajaran 2020/2021 ada sekitar 83,7 ribu anak putus sekolah di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut meliputi anak putus sekolah di tingkatan SD, SMP, SMA, dan SMK baik negeri maupun swasta. Rinciannya adalah SD sebanyak 44.516 orang, SMP 11.378 orang, SMA 13.879 orang, dan SMK 13.950 orang. Secara spasial anak putus sekolah paling banyak berada di Jawa Barat, sedangkan paling sedikit ada di Bali.
Menyikapi data tersebut, maka NU perlu hadir merespons berbagai persoalan di bidang pendidikan. Apalagi, selama ini peran NU memang dikenal dalam bidang pendidikan lebih banyak berpihak pada kalangan masyarakat bawah, seperti petani desa, pedagang, buruh, dan nelayan. Lembaga pendidikan NU, baik berbentuk pesantren, madrasah, dan sekolah-sekolah, pada umumnya menampung mereka, lebih-lebih mereka yang tinggal di pelosok desa.
Dalam mengembangkan lembaga pendidikan, seharusnya NU ke depan perlu memikirkan alternatif yang lebih luas dan menyeluruh agar peran NU di bidang pendidikan memiliki nilai lebih dan sesuai dengan tantangan zamannya. NU perlu memaksimalkan perannya di bidang pendidikan agar tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah.
Dengan demikian, semoga di usianya yang menginjak satu abad ini, NU semakin menunjukkan eksistensinya dalam memajukan bangsa, utamanya dalam mengangkat harkat golongan menengah ke bawah melalui pelayanan pendidikan.